Thursday, February 25, 2010

Jenis Jenis Knalpot Racing

Salah satu cara untuk mendongkrak tenaga motor adalah dengan mengganti knalpot ( exhaust ) dengan model racing. Diyakini, knalpot racing lebih ‘lancar’ dalam menyalurkan gas hasil pembakaran. Kebanyakan orang terlanjur menyebut sebuah knalpot yang bentuknya berbeda dengan knalpot standar sebagai knalpot racing. Knalpot racing asli, biasanya didapatkan lewat pesanan khusus.

Ada dua bentuk knalpot racing yang umumnya mudah dibedakan oleh pengendara. Bentuk panjang dan bentuk pendek. Bentuk panjang, jika knalpot tersebut memiliki silencer ( tabung peredam suara ) berada hampir di ujung buritan motor. Bentuk pendek, jika silencer knalpot tidak mencapai buritan ( setengah atau lebih sedikit dari panjang bodi motor keseluruhan ).

Bentuk panjang, efektif untuk mengail tenaga di putaran atas ( menggapai top speed ). Bentuk pendek sebaliknya, efektif untuk mengail tenaga di putaran pendek. Jika menggunakan knalpot dengan bentuk pendek, torsi mesin gampang dicapai pada tiap giginya.

Sedangkan jika menggunakan bentuk panjang, yang terasa adalah nafas mesin tiap gigi (terutama di gigi tinggi) terasa lebih panjang ketimbang saat menggunakan knalpot standar. Bentuk pendek, efektif untuk daerah perkotaan yang sering terjebak macet. Sedangkan bentuk panjang, lebih cocok dipakai untuk turing ataupun buat pul-kam alias mudik.

Dalam segi suara, bentuk panjang, biasanya memiliki suara yang lebih lembut dan cenderung ‘bulat’ atau sering disebut orang ‘nge-bass’. Dan bentuk pendek, memiliki suara yang lebih keras dan ‘pecah’ atau sering disebut orang ‘robek’ atau ‘mrepek’.

Pada knalpot racing bentuk panjang, aliran gas buang lama mencapai ujung knalpot sehingga tekanannya melemah ketika keluar. Sedangkan knalpot racing bentuk pendek, di mana tekanan gas buang masih cukup kuat, gas buang sudah mencapai ujung knalpot.

Hal yang Harus Dilakukan Setelah Mengganti Knalpot

Ada langkah-langkah tertentu yang harus dilakukan paska penggantian knalpot, antara lain:

          1. Lakukan penyetelan setelan udara setelah penggantian knalpot.
          2. Lakukan test ride beberapa km dengan kondisi riding seperti biasa ( layaknya membawa motor secara harian, tidak perlu terlalu kencang, tidak usah telalu pelan ).
          3. Matikan mesin beberapa meter sebelum motor berhenti ( posisi gigi di-netralkan dulu ) untuk memperlihatkan kondisi mesin ( via busi ) sesungguhnya.
          4. Buka busi. Awas, hati-hati. Membuka busi sesaat setelah mesin dijalankan beresiko membuat ulir drat tempat busi menjadi selek.
          5. Perhatikan kondisi dan warna busi. Jika busi berwarna putih bersih, berarti setelan udara tidak mampu ‘menahan’ dahaga mesin akan bahan bakar. Harus ganti spuyer ! Jika busi berwarna putih kecoklatan / merah bata, berarti setelan sudah tepat. Jika busi berwarna hitam, atur ulang setelan udara.
          6. Perawatan mesin paska penggantian knalpot yang utama adalah, membuat mesin tidak kehausan bahan baker. Mesin yang telalu ‘kering’ beresiko membuat mesin cepat jebol. Setelah setelan ideal didapatkan, perawatan yang lain berjalan seperti biasa.
          7. Pergantian oli secara teratur, sangat dianjurkan. Jika perlu interval-nya dipercepat, misalkan biasanya ganti oli setiap 2000 km, boleh ganti setiap 1500 km. Untuk penggunaan merek oli sendiri, kebebasa para pengendara.
          8. Setelah knalpot terpasang dan setelan didapatkan, bersihkan filter udara sekalian agar hasilnya lebih greng. Bensin tidak perlu diganti ke oktan yang lebih tinggi. Biasa minum premium, premium saja.

          Semoga bermanfaat :)

          [Via http://fourthfebruary.wordpress.com]

          No comments:

          Post a Comment